Konsistensi Edukasi Lingkungan: Aksi Bersih Sungai Calon Anggota KMPA TANSA Sulut

Netizensulut.com, SULUT – Kelompok Muda Pecinta Alam (KMPA) TANSA (Tindakan Antusias Simpati Alam) Sulawesi Utara (Sulut) terus menunjukkan konsistensinya dalam menanamkan kepedulian lingkungan kepada setiap kadernya.

Organisasi ini secara rutin mengedukasi anggotanya mengenai pentingnya konservasi alam melalui berbagai program aksi nyata.

Komitmen edukatif tersebut kembali terwujud melalui kegiatan bersih-bersih sungai yang dilaksanakan oleh para calon anggota KMPA Tansa angkatan XIX, yang dikenal dengan nama Otus Jolandae.

Aksi ini berlangsung di Kelurahan Buha pada Sabtu, 18 Oktober 2025, sebagai bagian integral dari proses pembentukan karakter mereka.

Menurut Pala Angkatan XX KMPA Tansa, Ignatius Tarontong, kegiatan ini bukan sekadar rutinitas pembersihan, melainkan fondasi penting dalam proses pembentukan karakter dan menumbuhkan kesadaran ekologis calon anggota.

Ia menegaskan bahwa tujuan utamanya adalah membentuk pola pikir yang mencintai dan bertanggung jawab dalam menjaga kelestarian alam.

“Kami tidak hanya dibentuk melalui materi lapangan saat melakukan perjalanan alam. Sejak awal, kami ditanamkan pola berpikir untuk membuat program yang bermanfaat, khususnya dalam menjaga lingkungan, membangun kepedulian sosial, serta menumbuhkan solidaritas sesama pecinta alam,” ungkap Ignatius, yang akrab disapa Igna.

Hal ini menekankan bahwa KMPA Tansa mengintegrasikan pembelajaran karakter, kepedulian sosial, dan solidaritas ke dalam kurikulum keanggotaan mereka.

Kegiatan ini secara spesifik mengusung tema “Menjaga Sungai, Menjaga Kehidupan”, sebuah pesan yang berfungsi sebagai refleksi mendalam mengenai vitalnya peran sungai bagi keberlangsungan hidup manusia dan ekosistem di sekitarnya.

Igna lebih lanjut menjelaskan urgensi menjaga sumber daya air.

“Air adalah sumber kehidupan. Di balik gemericik air sungai yang tenang, tersimpan peran besar dalam menjaga keseimbangan alam. Jika kita lengah dan membiarkan sungai tercemar, sesungguhnya kita sedang merusak masa depan kita sendiri. Maka dari itu, kesadaran dan kepedulian menjadi kunci,” tuturnya, memberikan perspektif filosofis sekaligus praktis mengenai konservasi air.

Secara edukatif, Igna menguraikan peran ekologis sungai sebagai habitat.

Ia menjelaskan bahwa sungai adalah rumah bagi keanekaragaman hayati, mencakup ribuan makhluk hidup seperti ikan, udang, tumbuhan air, dan berbagai mikroorganisme yang kelangsungan hidupnya sangat bergantung pada kejernihan dan kestabilan air sungai.

“Ketika sampah plastik dan limbah kimia masuk ke sungai, ekosistem air terganggu. Banyak makhluk hidup akan mati, rantai makanan rusak, dan keseimbangan alam terancam,” tambahnya, memberikan pemahaman konkret tentang dampak pencemaran terhadap rantai makanan dan keseimbangan ekosistem.

Dari aksi tersebut, para peserta berhasil mengumpulkan sekitar empat kantong sampah (trashbag) penuh, yang sebagian besar diidentifikasi sebagai limbah rumah tangga.

“Jenis sampah yang kami temukan di antaranya kantong plastik, botol minuman, pakaian bekas, hingga kabel. Ini menjadi alarm bahwa kesadaran masyarakat dalam membuang sampah masih perlu ditingkatkan. Dan bagi kami, ini adalah langkah awal untuk terus menciptakan program-program peduli lingkungan di masa mendatang,” pungkasnya.

Temuan ini berfungsi sebagai data nyata yang menyoroti perlunya peningkatan edukasi dan kesadaran publik mengenai pengelolaan sampah rumah tangga.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *