Penyebab Mikroplastik Mencemari Air Hujan Jakarta Diungkap Guru Besar IPB University

Netizensulut.com – Prof. Etty Riani, Guru Besar IPB University dari Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), memaparkan alasan mengapa air hujan di Jakarta mengandung mikroplastik (MP).

Penjelasan ini disampaikan menyusul pengungkapan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengenai keberadaan partikel mikroplastik dalam curah hujan di Jakarta.

Berdasarkan temuan dari penelitian yang di publikasikan pada tahun 2022 dengan judul “The Deposition of Atmospheric Microplastics in Jakarta-Indonesia: The Coastal Urban Area”, ditemukan rata-rata 15 partikel mikroplastik per meter persegi per hari dalam sampel hujan yang diambil di kawasan pesisir Jakarta.

Partikel tersebut memiliki ukuran antara 5 milimeter hingga 1 nanometer—yang setara dengan satu per 80 ribu kali diameter rambut manusia.

Menurut Prof. Etty, masalah plastik bukan sekadar isu lingkungan, tetapi juga berkaitan erat dengan kesehatan.

Plastik mengandung zat aditif berbahaya yang berpotensi memicu gangguan hormonal dan meningkatkan risiko kanker.

Oleh karena itu, ditemukannya mikroplastik dalam air hujan di Jakarta memunculkan kekhawatiran baru terkait pencemaran lingkungan di wilayah perkotaan.

Etty menjelaskan bahwa mikroplastik, terutama yang berukuran sangat kecil atau nanoplastik, memiliki massa yang sangat ringan sehingga sangat mudah terangkat dan melayang ke atmosfer.

“Partikel ini bisa berasal dari berbagai sumber di darat seperti gesekan ban mobil, pelapukan sampah plastik yang kering dan terbawa angin, hingga serat pakaian berbahan sintetis,” ujar Etty, di kutip dari laman ipb.ac.id, Selasa (20/10/2025).

Ia melanjutkan, begitu partikel mikroplastik berada di udara, ia dapat terbawa oleh arus angin, dan pada akhirnya akan turun kembali ke bumi bersama dengan air hujan.

“Hujan berperan seperti pencuci udara. Mikroplastik yang melayang di atmosfer akan menyatu dengan tetesan air hujan. Karena ukurannya sangat kecil, partikel itu tidak terlihat, sehingga seolah-olah air hujan bersih,” ucapnya.

Etty menambahkan, sumber mikroplastik yang melayang di udara perkotaan seperti Jakarta sangat beraneka ragam, mulai dari proses degradasi berbagai jenis sampah plastik, gesekan pada ban kendaraan, hingga serat yang berasal dari pakaian berbahan sintetis.

Faktor-faktor lingkungan lain seperti suhu tinggi dan kondisi udara yang kering juga berperan mempercepat proses pelapukan plastik, yang kemudian mempermudah partikel halus tersebut untuk terbang ke atmosfer.

“Tingginya penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari juga menjadi akar masalah. Dari bangun tidur hingga tidur lagi, manusia tidak lepas dari plastik. Akhirnya, plastik akan terurai menjadi mikroplastik dan nanoplastik,” ungkapnya.

Etty berpandangan bahwa dibutuhkan langkah nyata, baik dari pihak pemerintah maupun masyarakat. Ia mendorong adanya upaya perubahan gaya hidup menuju pola hidup yang jauh lebih ramah lingkungan.

Ia menekankan bahwa tindakan seperti mengurangi penggunaan plastik, menghindari produk perawatan tubuh yang mengandung mikroplastik, dan membiasakan memilah sampah sejak dari rumah dapat membantu mengurangi tingkat pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh sampah plastik.

Lebih lanjut, Etty juga menekankan pentingnya penerapan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) serta di berikannya sanksi bagi pihak-pihak yang tidak mendukung kebijakan terkait pengurangan penggunaan plastik.

Sumber : Kompas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *