Gambar Sejarah di Kanvas Remaja Ajaib: IT Center Manado Angkat Lionel, Sang Pelukis Paus Fransiskus, dalam Pameran Akbar

Netizensulut.com – Malam telah merayap turun, menyelimuti Alun-alun Pemuda Kota Surabaya, mengakhiri sebuah epilog monumental.

Tirai perhelatan Pameran Akbar Nasional Ikatan Pelukis Indonesia resmi ditutup kemarin, 19 Oktober 2025.

Selama enam hari, sejak 14 Oktober, tempat ini menjelma medan magnet seni, di mana ratusan jiwa perupa dari penjuru negeri menumpahkan kisah dan rona di atas kanvas.

Namun, di antara ratusan mahakarya itu, satu nama dan satu kanvas menyala dengan daya tarik yang luar biasa, memancarkan aura heroik yang menusuk kalbu, yaitu karya Lionel Louis Yosef Pailah.

Di usianya yang baru menginjak 15 tahun, Lionel bintang muda yang datang dari Jakarta telah berani menantang narasi sejarah dengan pensil kecilnya.

Lukisan Lionel
Foto (ist): Lukisan Lionel (tengah) terpajang di Pameran Akbar Nasional di Surabaya

Karya yang diberi tajuk “Semangat Juang Arek-Arek Suroboyo”, ini bukan sekadar lukisan. Lukisan ini adalah portal yang menyeret setiap mata yang memandang langsung ke jantung Pertempuran Surabaya 1945.

Di kanvas itu, api semangat berkobar-kobar, bukan hanya sekedar semangat biasa, melainkan amarah rakyat yang menolak tunduk.

Kita melihat dramatisasi puncak ketegangan: penyerbuan legendaris ke Hotel Yamato, siluet para pemuda gagah yang merobek bagian biru bendera Belanda, dan mengibarkan Merah Putih dengan megah di puncak menara.

Di latar depan, sosok karismatik Bung Tomo tampak berapi-api, pidatonya yang membakar semangat seolah terdengar menembus waktu.

Berbondong-bondong, arek-arek Suroboyo, pemuda, santri, semua lapisan memanggul bambu runcing, senjata sederhana yang berubah menjadi simbol perlawanan paling perkasa.

Lukisan Lionel dengan tajam menangkap momen-momen kunci yang mengubah sejarah. Ia mengabadikan peran sentral Gubernur Suryo, Bung Tomo, dan K.H. Hasyim Asyari sebagai tri-tunggal kepahlawanan.

Dari gugurnya Brigjen Mallaby di atas mobil, hingga kejatuhan pesawat perang RAF yang dikemudikan Komandan Jenderal Brigjen Robert Loder Symon, hingga puncaknya yang tak terhindarkan, yaitu Perang 10 November 1945.

Setiap garis pensil adalah pekik kemerdekaan, setiap sudut lukisan mengandung makna semangat juang yang mendalam dalam mempertahankan martabat bangsa.

Namun, siapa sebenarnya Lionel Louis ini?

Ia bukan pelukis biasa. Ia adalah Sang Pelukis Paus Fransiskus. Sebuah gelar agung yang ia sandang sejak karyanya diterima langsung oleh almarhum Paus Fransiskus di Vatikan, pada 22 Agustus 2024 silam.

Keikutsertaannya dalam pameran akbar di Surabaya ini pun tak lepas dari uluran tangan serta dukungan penuh dari seorang pecinta lukisan dan pengusaha dermawan dari Sulawesi Utara, Jemmy Asiku, Owner IT Center Manado.

Dukungan finansial dari Manado menjadi jembatan bagi suara heroik di Surabaya.

Jemmy Asiku, dengan hati seorang kolektor yang memahami kedalaman seni, menitipkan pesan yang menusuk: “Semoga Lionel menjadi pelukis yang bisa jadi berkat buat keluarga dan sesama.”

Pesan itu menancap kuat. Bagi Lionel, dari pensil hingga kuas tak hanya untuk menciptakan keindahan, melainkan suatu instrumen amal.

Konsisten, dari hasil jerih payahnya, ia selalu menyisihkan charity untuk panti asuhan, rumah ibadat, dan mereka yang membutuhkan.

Ingatlah momen dramatis di Jakarta, di mana lukisan St Michael karyanya dilelang seharga Rp 50.000.000 demi pembangunan sebuah Gereja di Kaltara.

Bahkan, jejak kebesarannya telah menembus istana negara. Sebuah sketsa/gambar yang ia buat, kini telah dibubuhi tanda-tangan oleh orang nomor satu di Republik ini, Presiden Prabowo Subianto. Ini sebuah pengakuan atas talenta langka yang ia miliki.

Melalui kanvasnya, Lionel membuktikan sebuah kebenaran abadi: Melalui lukisan, kita tidak hanya mengingat sejarah dan menghormati semangat para pahlawan.

Melalui lukisan, kita juga menemukan cara paling tulus untuk berbagi hati dan menjadi berkat bagi sesama. Ini adalah jembatan antara masa lalu yang heroik, dan masa depan yang penuh kasih.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *