Netizensulut.com, MANADO – Hari Hewan Sedunia atau World Animal Day biasanya di peringati dengan berbagai kegiatan seperti bazar, vaksinasi hewan gratis, donasi untuk komunitas pecinta hewan, hingga kampanye di ruang publik.
Namun, ada cara lain yang tak kalah bermakna dalam merayakannya.
Dua komunitas pecinta alam, yaitu KMPA Tansa dan KPA Silvaterra, memperingati Hari Hewan Sedunia dengan memberikan makanan kepada kucing dan anjing, baik liar maupun peliharaan.
Jon Cornelius Malalantang, anggota KMPA Tansa, menyebut aksi ini lahir dari spontanitas dan rasa kepedulian terhadap hewan-hewan yang kerap terlihat seperti memiliki pemilik, namun nyatanya di biarkan hidup dari sisa makanan atau bahkan mencari makan di tumpukan sampah.
“Gerakan kecil ini adalah bentuk kesadaran kami terhadap kesejahteraan dan hak-hak hewan secara global. Juga sebagai edukasi kepada masyarakat, bahwa setiap makhluk hidup memiliki hak hidup untuk berdampingan di bumi ini,” ujar Jon sembari mengatakan bahwa sebanyak 2Pack makanan kucing dan anjing dibeli dan di bagikan kepada Keterwakilan KMPA Tansa dan KPA Silvaterra, untuk bisa menjangkau 2 hewan tersebut.
Dia juga menegaskan bahwa di Indonesia sendiri terdapat payung hukum yang melindungi hak-hak hewan, seperti yang tercantum dalam KUHP dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.
“Bahkan anjing dan kucing masing diperjual belikan secara ilegal untuk dikonsumsi. Keduanya, sering dikurung, diperlakukan tidak layak, hingga mengalami penyiksaan sebelum dibunuh. Praktik ini melanggar nilai kemanfaatan, sembari mengancam kesehatan publik,” tuturnya.
Bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingati, bahwa ketika mengkonsumsi daging anjing dan kucing bisa menjadi jalur penyakit berbahaya, seperti rabies dan zoonosis.
“Maka dari itu, kampanye kami kali ini, yaitu hentikan kekerasan terhadap hewan, stop perdagangan daging anjing dan kucing, serta menjaga untuk tidak terjadi penyebaran penyakit zoonosis,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua KPA Silvaterra, Frickli Tatumpe, menambahkan bahwa baik kucing maupun anjing, baik yang hidup liar maupun di pelihara memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
“Sebagai predator alami, kucing dan anjing sering memangsa tikus, yang bisa menjadi ancaman bagi kesehatan manusia, terutama juga di lingkungan pertanian dan perkotaan,” jelas Frickli.
Ia berharap, melalui aksi sederhana ini, semakin banyak orang yang teredukasi bahwa hewan pun butuh perhatian, perawatan, dan perlindungan, terutama yang sering kali ditemui sehari-hari seperti kucing dan anjing.
Sekilas Sejarah Hari Hewan Sedunia
Dilansir dari laman resmi Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia Cabang DKI Jakarta, Hari Hewan Sedunia pertama kali dicetuskan oleh Heinrich Zimmermann, seorang penulis dan penerbit majalah Mensch und Hund (Man and Dog).
Zimmermann menggunakan majalahnya sebagai media kampanye kesejahteraan hewan, sekaligus membentuk Komite Hari Hewan Sedunia.
Perayaan perdana berlangsung pada 24 Maret 1925 di Sport Palace, Berlin, Jerman, dan dihadiri lebih dari 5.000 orang.
Awalnya, Zimmermann berencana merayakannya setiap 4 Oktober, namun karena kendala tempat, perayaan baru bisa dilakukan di tanggal tersebut mulai tahun 1929.
Akhirnya, pada Kongres Organisasi Perlindungan Hewan Sedunia di Florence, Italia, bulan Mei 1931, proposal Zimmermann untuk menjadikan tanggal 4 Oktober sebagai Hari Hewan Sedunia disetujui secara bulat.
Tanggal 4 Oktober dipilih karena bertepatan dengan hari wafat Santo Fransiskus dari Assisi, pelindung ekologi dan hewan.
Legenda menyebutkan bahwa Santo Fransiskus mampu berbicara dengan hewan, sehingga hari ini dianggap tepat untuk memperingati hak dan kesejahteraan mereka. (*)