Costantinus Naressy Berikan Tips Bagaimana Hadapi Resesi Global di Tahun 2023

Tips Hadapi Ancaman Resesi Global di Tahun 2023

Oleh: Costantinus Naressy, S. Fils., M.Pd

 

Netizensulut.com – Resesi Global sebenarnya sudah banyak dibicarakan sejak 3 tahun terakhir ketika Pandemi Covid-19. Banyak pakar, instansi dan lembaga pemerintah dunia termasuk Indonesia melakukan analisis dan bahkan studi dari instansi pendidikan yang menyatakan bahwa potensi resesi global akan terjadi pada tahun 2023.

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), resesi adalah suatu kondisi di mana perekonomian suatu negara sedang memburuk, yang terlihat dari produk domestik bruto (PDB) negatif, pengangguran meningkat, maupun pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut.

Sedangkan menurut Forbes, (15/7/2020), resesi adalah penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Selama resesi ekonomi, orang kehilangan pekerjaan, perusahaan membuat lebih sedikit penjualan dan output ekonomi negara secara keseluruhan menurun.

Pertanyaannya adalah: Apakah Indonesia akan terdampak ancaman resesi global? 

Presiden Jokowi pernah menyampaikan bahwa menurut world bank dan IMF, ada sekitar 60 negara di dunia yang berpotensi mengalami resesi global. Ada nada optimisme dari sebagian tokoh seperti Ekonom dan Akademisi UI Faisal Basri yang mengatakan bahwa potensi resesi itu ada tetapi sampai awal tahun 2023 menurut data dunia pertumbuhan ekonomi masih membaik. Hanya beberapa negara saja yang berpotensi mengalami hal itu seperti Srilangka, Rusia dan Jerman. Indonesia bisa saja mengalami ini jika dilihat dari makna resesi itu sendiri; bahwa kondisi perekonomian negara mengalami penurunan, produk domestik bruto kita menurun, angka pengangguran meningkat, adanya PHK di sejumlah perusahaan dan lain sebagainya.

Dari sudut pandang apa sehingga resesi global itu bisa dilihat?

Sebenarnya resesi global kalau menurut hemat saya bisa terjadi dan mencakup banyak segi. Kebanyakan pandangan tokoh pemerintahan dan tokoh ekonomi melihat resesi dalam konteks ekonomi dunia/nasional tetapi bagi saya resesi berdampak sistemik sebagai akibat dari Pandemi Covid-19 yang panjang. Resesi psikologis, resesi ekonomi, resesi sosial-politik, resesi IPTEK dan resesi budaya. Memang yang paling kelihatan adalah resesi ekonomi namun masyarakat juga mengalami goncangan pergaulan, pendidikan, politik dan lain sebagainya karena kebijakan work from home sebagai imbas dari dampak Covid-19 yang berlangsung selama hampir 2 tahun.

Apakah SULUT akan mengalami resesi global di tengah upaya pemerintah dalam penanganan terjadinya resesi?

Sulut tetap tidak bisa lepas dari ancaman resesi, sebagaimana daerah lainnya karena konsep resesi ini merupakan kondisi melemahnya perekonomian yang terjadi dan berlangsung selama kurun waktu yang lama. Mungkin secara statistik, data perkembangan ekonomi di Sulut cenderung meningkat, namun fakta di dalam kehidupan masyarakat adanya pengangguran, PHK di sejumlah perusahaan, menurunya semangat kerja, meningkatnya angka kejahatan, adanya bencana alam dan lain sebagainya itu tentu saja menjadi ancaman bagi terjadinya resesi di Sulut. Memang secara Nasional ada upaya penanganan terjadinya resesi dan dijalankan sampai ke tingkat provinsi di Sulut, namun ancaman resesi tetap terbuka dan bisa terjadi kapan saja di Sulut.

Langkah apa yang bisa masyarakat ambil untuk menghadapi bila terjadi resesi global?

Langkah utama yang harus diambil pertama-tama adalah kenali penyebab terjadinya resesi secara baik. Setelah itu baru kita melakukan langkah antisipatif dalam menangani resesi. Jika dalam konteks ekonomi maka bagi saya, langkah terbaik yang bisa diambil adalah:

1. ‘Matikan keinginan’. Dalam pandangan ekonomi, keinginan adalah sumber budaya boros dan konsumerisme. Di tengah melemahnya ekonomi, menahan diri dari keinginan tertier seperti gaya hidup dan foya-foya selain kebutuhan pokok harusnya bisa ditekan.

2. Meningkatkan budaya menabung. Jika melonjaknya suku bunga dan mengakibatkan harga barang naik maka penghematan untuk menabung dan melakukan investasi bisa membantu diri dan keluarga tidak terkena dampak resesi.

3. Dukungan kebijakan pemerintah. Resesi dampak konkretnya dialami masyarakat maka pemerintah daerah perlu membuat program-program konkret yang bisa membantu masyarakat terhindar dari ancaman resesi.

Misalnya lewat bantuan usaha UMKM, peningkatan infrastruktur penunjang ekonomi dan lain sebagainya.

Komentar